PEMULUNG CILIK ( feature)
This is my first feature about "pemulung"
Aksara yang ditulis pada saat semesta sedang menangis kali ini berjudul
PEMULUNG CILIK
Pada kota-kota besar seringkali ditemukan pemandangan seorang anak kecil berpakaian lusuh yang duduk beralaskan kardus dengan pakaian compang-camping yang sangat menyayat hati, tidak lupa dengan karung yang berisikan barang-barang bekas untuk dijual senantiasa berada di punggungnya.
tatapan yang lemah penuh pengharapan ditambah jiwa yang layu itu sungguh mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur terhadap apa yang tuhan dan semesta berikan. mengelilingi seluruh sudut kota mencari barang-barang bekas untuk sesuap nasi bahkan surya yang sudah tenggelam tidak menghentikan jiwa tersebut.
beberapa waktu lalu saya berdialog dengan salah satu pemulung cilik di daerah jakarta, dengan beberapa makanan ringan yang saya bawa untuk menjadi pelengkap obrolan kami di trotoar sore itu. pemulung cilik tersebut bernama Ando rupanya, bocah berumur 8 tahun, sangat ceria namun mata nya tidak bisa mengelabuiku bahwa dia sedang lara.
Ando merupakan anak kecil yang ekspresif, wajah yang polos, ocehan-ocehan manis khas anak kecil membuat saya gemas dan terharu pada saat bersamaan. "Ando jika sudah besar mau jadi apa?' saya bertanya sambil menatap mata nya " maunya sih jadi pilot kak, biar ngerasain deh jalan-jalan dilangit kaya gimana, soalnya kalo seluruh penjuru jakarta jalannya sudah Ando lewati" sontak jawaban tersebut membuat saya tersenyum dan mengacak gemas puncuk rambut pemulung cilik itu.
namun pada celotehan Ando berikutnya membuat gelora tawa yang tadinya bergema diantara kami menjadi terhenti. " Ando gabisa kak jadi pilot, untuk makan saja ando kadang harus mencari rongsokan sampai malam, kalo untuk membeli baju pilot, ando harus mencari rongsokan sampai kapan? tidak usah berhenti ya kak?, kaki Ando jadi suka ga ada rasanya" mungkin mati rasa karna sangat cape berjalan maksudnya.
tidak sanggup lagi mendengar celotehan lara Ando yang benar-benar menampar saya untuk selalu bersyukur kepada Tuhan dan tidak menangis di depannya obrolan itu saya sudahi dengan makan pecel lele di sekitar untuk menutup obrolan singkat kami, berbagai kata motivasi untuknya agar tidak menyerah, tidak lupa dengan seluruh doa untuk Ando saya rintihkan terhadap tuhan hari itu sampai sekarang.
setelah bertemu dengan Ando saya berdialog dini hari dengan berisiknya kepala, namun tidak sanggup untuk mengeluarkan kalimat apapun. jika tidak bisa menjadi pilot, Ando harus mendapatkan makan setiap hari, tidak mau tawa di wajah ceria nya itu hilang, semoga dia selalu senang.
Dia memang hidup dari sampah masyarakat, namun pemulung bukan sampah masyarakat, jangan lupa untuk selalu memanusiakan manusia.
Komentar
Posting Komentar